Sabtu, 06 Mei 2017

TUGAS 3 ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS SERTA PERUBAHAN PENGHASILAN DAN BIAYA

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

1.   Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas

Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian, yang di laporkan adalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekanan yang di berikan dalam laporan ini adalah perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar secara keseluruhan dan tidak akan menunjukan jumlah uang yang telah diterima atau dikeluarkan selama periode tersebut.
Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat di gunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat di gunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.

2.   Sumber Kas

Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment  dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari:
a.       Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
b.      Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
c.       Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
d.      Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya.
e.       Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
f.       Keuntunga dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan

3.   Penggunaan Kas

Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut.
a.       Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
b.      Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
c.       Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
d.      Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya opersi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.
e.       Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
f.       Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan untuk menutup kerugian tersebut.
4.   Laporan Sumber Dan Penggunaan Kas

Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas. Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi kas menurut sumber masing-masing serta tujuannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap dan masih murni. Bagi eksternal analisis, menyusun laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut. Dalam menganalisis perubahan yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang tidak mempengaruhi kas (noncash transaction).
Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain sebagai berikut:
a.       Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset, dan wasting assets. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas.
b.      Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan sudah tidak dapat di tagih lagi.
c.       Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah habis disusut dan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.
d.      Adanya pembayaran stock devidend (dividen dalam bentuk saham), adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.

5.   Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana Dalam Aliran Kas

Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas, dimana dana dalam artian kas memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua titik waktu tertentu dalam kolom pertama dan kedua.
b.      Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang diperbandingkan (current year).
c.       Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos neraca, tunjukkan dalam kolom ”Perubahan” debit dan kredit. Kolom perubahan debit untuk mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan utang dan modal serta bertambahnya biaya serta berkurangnya penhasilan. Sedangkan kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva, kenaikan utang dan modal, bertambahnya penghasilan dan berkurangnya biaya.
d.      Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos neraca dan pos-pos laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang tidak mempengaruhi kas.
e.       Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja tersebut untuk menghilangkan akibat atau pengaruhtransaksi nonkas yang sudah dicatat dalam periode tersebut.
f.       Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan kecuali perubahan kas) Ke dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan Kas” atau “Sumber dan Penggunaan Kas”.
g.      Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas datanya diambil dari dua kolom terakhir dari lembar kerja.

Penurunan aktiva (selain kas), kenaikan utang, modal dan penghasilan merupakan sumber kas, sedangkan kenaikan aktiva (selain kas), penurunan utang, modal dan kenaikan biaya merupakan penggunaan kas. Perubahan kas tidak perlu dipindahkan ke kolom sumber dan penggunaan kas karena perubahan kas inilah yang dianalisis, selisih jumlah kolom sumber kas dengan penggunaan kas harus sama dengan perubahan yang terjadi dalam pos “Kas”.

ANALISIS PERUBAHAN PENGHASILAN DAN BIAYA
Analisis pos-pos laporan laba rugi yang terperinci sangat penting karena keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung pada realisasi keuntungan. Analisis pos-pos laporan laba rugi untuk satu periode saja akan kurang berarti karena tren dari penghasilan, harga pokok penjualan, dan biaya tidak dapat ditentukan. Dari perbandingan pos-pos penting seperti total penjualan, harga pokok penjualan, laba bruto, biaya usaha, laba usaha, dan laba bersih selama dua periode atau lebih akan diperoleh gambaran tentang perubahanya. Apakah perubahan tersebut menguntungkan atau merugikan, faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan itu, memerlukan analisis lebih lanjut.
Dari hasil penjualan yang diperoleh sebagian akan digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya-biaya usaha dan sisanya perubahan laba usaha. Apabila volume penjualan dicapai dengan biaya-biaya usaha yang bertambah besar, ini akan mengurangi laba usaha, dan akibatnya mungkin tidak diperoleh laba yang cukup untuk membayar beban bunga dan deviden (bagian keuntungan bagi pemegang saham). Kenaikan dalam volume penjualan belum tentu menguntungkan bagi perusahaan apabila kenaikan volume penjualan itu diikuti kenaikan biaya-biaya usaha yang cukup besar. Analisis perubahan akan mencakup studi tentang perubahan penjualan, perubahan laba bruto, dan perubahan laba bersih. Juga penting dipelajari adanya perubahan tingkat harga selama jangka waktu yang diamati. Dalam menganalisis penjualan, juga perlu di analisis adanya retur dan rabat penjualan yang harus dikurangi dari penjualan bruto. Banyaknya retur penjualan mungkin disebabkan oleh kurang hati-hatinya pada waktu pengepakan dan pengiriman barang pesanan langganan sehingga menyebabkan rusaknya atau cacatnya barang dan rendahnya kualitas barang.
RASIO HARGA POKOK PENJUALAN DENGAN PENJUALAN BERSIH DAN RASIO LABA BRUTO DENGAN PENJUALAN BERSIH
Selesih antara penjualan bersih (unit penjualan kali harga jual) dengan harga pokok penjualan (unit penjualan kali unit cost) menunjukan laba bruto. Laba bruto digunakan untuk menutup biaya usaha dan biaya lain-lain, sisanya merupakan laba bersih atau rugi. Rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih, rasio ini mencerminkan persentase dari penjualan bersih yang diserap untuk ongkos barang jadi yang kemudian dijual. Rasio laba bruto dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi laba bruto dengan penjualan bersih, rasio ini dapat juga dihitung dengan mengurangkan rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dari angka 100%.
Perubahan laba bruto dapat dianalisis dengan melihat perubahan penjualan bersih (baik perubahan jumlah unit yang dijual maupun perubahan harga penjualan per unit) dan perubahan harga pokok penjualan (baik perubahan jumlah unit yang dijual maupun perubahan harga pokok per unit/harga beli per unit). Misalnya bila terjadi kenaikan laba bruto, mungkin disebabkan oleh faktor;
1.      Harga jual per unit naik, sedang harga pokok penjualan tetap.
2.      Harga pokok penjualan lebih rendah, sedang harga jual per unit tetap.
3.      Kombinasi keduanya, yakni harga jual per unit naik dan harga pokok per unit turun.
4.      Jumlah unit yang dijual meningkat, sedang harga jual per unit dah harga pokok per unit tetap.
Kenaikan laba bruto karena kenaikan harga jual tidak dapat dipakai sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan karena perubahan harga jual lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang berada diluar perusahaan (faktor instern). Perubahan harga jual ditentukan oleh kekuatan permintaan penawaran dipasar yabg sulit dikendalikan oleh perusahaan, lain hal nya dengan perubahan jumlah unit yang dijual. Perubahan laba bruto yang disebabkan oleh adanya perubahan jumlah unit yang dijual mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan bagian penjualan. Kenaikan laba bruto karena adanya kenaikan jumlah unit yang dijual berarti bagian penjualan telah bekerja lebih aktif. Apabila biaya pemasaran dapat dipertahankan berarti perusahaan telah dapat meninglatkan efesiensi dalam operasinya.
Rasio laba bruto yang rendah mungkin di akibatkan adanya kebijaksanaan pembelian dan mark-up yang tidak menguntungkan, ketidak mampuan manajemen meningkatkan volume penjualan, harga menurun (untuk meningkatkan volume penjualan) tetapi tidak disertai dengan turunnya harga pokok barang, meningkatnya ongkos produksi karena kelebihan investasi fasilitas pabrik atau karena adanya kenaikan bahan, kenaikan upah, atau kenaikan harga-harga umum yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Perubahan tingkat harga pokok penjualan pada waktu harga naik turun disebabkan oleh adanya perbedaan metode dalam menilai persediaan akhir. Penggunaan metode FIFO atau LIFO akan menberikan hasil yang berbeda.
LAPORAN PERUBAHAN LABA BRUTO
Dalam suatu perusahaan yang memproduksi dan menjual satu macam produk atau barang, laporan perubahan laba bruto menunjukkan pengaruh perubahan dalam volume penjualan, perubahan dalam harga jual, dan perubahan dalam harga pokok barang yang di produksi dan dijual. Dengan perkataan lain laporan tersebut menunjukan:
1.      Perubahan penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok penjualan per unit.
2.      Perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok per unit.
HUBUNGAN BIAYA USAHA DENGAN PENJUALAN NETTO
            Antara biaya usaha dengan volume penjualan terdapat hubungan yang penting. Analisis masing-masing pos biaya usaha dalam hubungannya dengan volume penjualan bertujuan untuk mengetahui kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya sehubungan dengan perubahan volume penjualan. Apabila volume penjualan berubah biasanya beberapa biaya penjualan seperti biaya advertensi (biaya iklan) atau promosi penjualan, biaya penyimpanan, biaya pengiriman, biaya pengepakan, gaji dan komisi salesman, biaya telepon akan ikut berubah pula. Biaya umum dan administrasi cenderung tidak banyak berubah terutama apabila meningkatnya penjualan di sebabkan faktor kenaikan harga penjualan.
            Rasio masing-masing biaya usaha (biaya penjualan, biaya umum, dan administrasi) dengan penjulan netto menunjukkan persentase dari penghasilan atau penjualan netto yang telah dipergunakan untuk menutup berbagai biaya usaha. Rasio semacam ini amat bermanfaat dalam pembandingan antarperusahaan sejenis atau pembandingan dari tahun ke tahun untuk perusahaan dengan penjualan netto.
            Penganalisis umumnya hendak mengetahui sebagai berikut:
1.      Apakah harga pokok penjualan dan biaya-biaya tinggi sehingga ada kemungkinan perusahaan menderita rugi (operating loss)?
2.      Apakah gaji karyawan, pegawai berbeda dari ukuran rata-rata dari perusahaan sejenis?
3.      Apakah salesman digaji atau dibayar komisi?
Jika harga-harga meningkat atau menurun beberapa pos biaya cenderung meningkat atau menurun secara proporsional. Adapun biaya penyusutan pada umumnya akan tetap atau meningkat tetapi dengan persentase yang kecil.
RASIO LABA USAHA DENGAN PENJUALAN NETO
            Rasio laba usaha dengan penjual an neto disebut profit margin dihitung dengan membagi laba usaha dengan penjualan neto.
            Profit margin 
            Persentase tersebut menunjukkan bagian penjualan neto yang masih ada setelah dikurangi  dengan harga pokok penjualan dan biaya-biaya usaha.
            Dalam laporan laba rugi jumlah laba usaha ini memberi gambaran yang penting karena menunjukkan tingkat keberhasilan penjualan (keberhasilan kegiatan pembelian, produksi dan penjualan). Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan laba usaha perusahaan dari tahun ke tahun. Faktor tersebut terutama  berupa pengaruh perubahan tingkat penjualan, perubahan harga pokok penjualan, dan perubahan biaya usaha.
            Rasio laba usaha dengan penjualan neto berkaitan dengan total aktiva yang digunakan untuk mencapai sales revenue. Rasio laba usaha dengan penjualan neto bersifat komplementer dengan rasio laba usaha dengan total operating assets (return on INVESTMENT atau earning power). Volume penjualan akan tergantung pada kapasitas pabrik-modal ditanamkan dalam bentuk aktiva- dan aktiva kemudian di operasikan bagi kegiatan penjualan.
            Rasio tersebut juga berkaitan dengan perputaran persediaan dan perputaran piutang. Perputaran persediaan dan piutang yang tinggi dihasilkan karena penjualan yang semakin tinggi pula. Tingginya tingkat penjualan mungkin karena rangsangan berupa harga yang lebih rendah dan pemberian potongan harga pada pembelian tunai. Apabila hal ini tidak diikuti dengan penurunan harga pokok penjualan dan penghematan biaya usaha, laba usaha dapat menurun. Apabila laba usaha menurun akibat biaya-biaya meningkat relatif lebih besar daripada meningkatnya volume penjualan.
RASIO PENJUALAN NETO DENGAN AKTIVA USAHA
Rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, yang juga disebut perputaran aktiva usaha (turnover of total operating assets), dihitung dengan membagi penjualan netto dengan total aktiva usaha neto (nilai buku). Rasio ini bertujuan untuk mengukur pendayagunaan aktiva usaha (operating assets), yakni apakah misalnya terjadi kecenderungan kelebihan investasi dalam aktiva dalam kaitannya dengan volume penjualan yang dicapai. Pada umumnya perusahaan memerlukan sejumlah aktiva usaha yang harus di operasikan secara efisien untuk mencapai volume penjualan yang di kehendaki.
Rasio tersebut sebenarnya hanya merupakan perbandingan kasar atau pengukuran kasar tentang efisiensi penggunaan aktiva usaha, sedang keberhasilan penjualan itu sendiri sebenarnya banyak di tentukan oleh efektivitas kerja salesman dan kegiatan advertensi dan kegiatan promosi lainnya. Perluasan pabrik misalnya, tidak langsung berpengaruh pada penjualan tetapi berpengaruh terhadap penghematan biaya sehingga akhirnya berpengaruh pada peningkatan laba bersih. Dalam menghubungkan penjualan neto dengan aktiva usaha bukan bertujuan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, tingkat profitabilitas diukur dengan menghitung rasio antara laba usaha (operating income) dengan aktiva usaha.
Kelebihan investasi pada aktiva usaha (operating assets) berkaitan dengan tingginya cost seperti biaya pemeliharaan, pajak, bunga, dan biaya tetap lainnya. Ini akan memberikan beban berat bagi perusahaan. Jika keadaan ini tidak diikuti/diimbangi dengan volume penjualan yang lebih besar dari efisiensi pengolahan yang lebih tinggi akan berakibat perusahaan menuju insolvency terutama bila dana berasal dari pinjaman jangka menengah dan jangka panjang.
OPERATING RATIO
Operating ratio merupakan rasio antara biaya usaha keseluruhan (harga pokok penjualan ditambah dengan biaya usaha) dengan penjualan neto. Angka 100% dikurangi operating income to net sales sama dengan operating ratio.
Operating ratio yang tinggi adalah tidak menguntungkan karena berarti proporsi laba usaha akan rendah yang mungkin tidak cukup untuk menutup beban bunga, deviden, dan beban lainnya. Kita ketahui bahwa dalam laporan laba rugi masih terdapat pos pos penghasilan lain-lain (other revenue), biaya lain-lain, laba rugi insindentil, dan pajak perseroan (income taxes). Pos-pos ini pun harus dianalisis lebih lanjut dalan rangka menganalisis laba bersih (net income).
Dalam menganalisis Operating ratio dan of operating income to net sales, harus diamati perubahannya dari tahun ke tahun atau antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain (industri), terutama kebijaksanaan yang menyangkut biaya-biaya seperti biaya penyusutan, amortisasi, kerugian karena piutang tidak kembali, biaya pemeliharaan, biaya perbaikan, sewa, riyalti, manajement fee, dan lain-lain.
Adapun banyak faktor yang mempengaruhi perubahan laba bersih (net income). Faktor-faktor tersebut, yaitu sebagai berikut:
1.      Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual perunit.
2.      Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok penjualan ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau di produksi atau dijual dan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit.
3.      Naik turunnya biaya usaha yang di pengaruhi oleh jumlah unit yang dijual, variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi operasi perusahaan.
4.      Naik turunnya pos penghasilan atau biaya non operasional yang dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan perubahaan kebijaksanaan dalam pemberian atau penerimaan discount.
5.      Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.
6.      Adanya perubahan dalam metode akuntansi.


SUMBER

Tidak ada komentar: