Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan
keuangan adalah:
1.
Untuk
mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset,
kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode.
2.
Untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3.
Untuk
mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
4.
Untuk
mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan
berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5.
Untuk
melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau
tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6.
Dapat
juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang
mereka capai.
Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan
merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan
posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang
bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau
lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan
dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:36), ada dua metode analisis yang
digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horisontal
dan analisis vertikal. Analisis horisontal adalah analisis dengan mengadakan
perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga
akan diketahui perkembangannya. Analisis vertikal adalah apabila laporan
keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu
dengan memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain dalam
laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau
hasil operasi pada saat itu saja.
Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan
keuangan terdiri dari :
1)
Analisis
Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara
memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan
menunjukkan:
a. Data
absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
e. Persentase
dalam total.
Analisis
dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang
terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
2)
Trend atau
tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam
persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu metode atau teknik
analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah
menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3)
Laporan dengan persentase per komponen (Common
Size Statement), adalah suatu metode analisis untuk
mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset terhadap total asetnya,
juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang
terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4)
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal
Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan
modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam
periode tertentu.
5)
Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash
Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui
sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber
serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6)
Analisis Rasio, adalah suatu metode
analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-akun tertentu dalam neraca atau
laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7)
Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross
Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab
perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain
atau perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk
periode tersebut.
8)
Analisis Break Even, adalah
suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu
perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum
memperoleh keuntungan. Dengan
analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian
untuk berbagai tingkat penjualan.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan,
kesemuanya itu merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk
menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang
sama yaitu untuk membuat agar data lebih dimengerti sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Kelemahan Analisis
Laporan Keuangan
Menurut
Harahap (2009:203), kelemahan analisis laporan keuangan adalah :
1.
Analisis laporan keuangan didasarkan
pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu
diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2.
Objek analisis laporan keuangan hanya
laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya
angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek-aspek lainnya
seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya
perusahaan dan budaya masyarakat.
3.
Objek analisis adalah data historis yang
menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
Kinerja Perusahaan
Menurut
Menteri Kuangan RI berdasarkan Keputusan No. 740/KMK. 00/1989 tanggal 28 Juni
1989, kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan selama periode
tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja mempunyai tujuan untuk mengukur
kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan tujuan atas sasaran
perusahaan. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:4), informasi
kinerja perusahaan, terutama profitablitas diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi
fluktuasi kinerja ini adalah penting dalam hubungan ini. Informasi kinerja
keuangan bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan
arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga
berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan tambahan sumber daya.
Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja adalah
penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh
manajemen untuk:
1.
Mengelola operasi organisasi secara
efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2.
Membantu pengambilan keputusan yang
bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
3.
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan
pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4.
Menyediakan
umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja
mereka.
5.
Menyediakan
suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan adalah prestasi
yang telah dicapai oleh suatu perusahaan yang menggambarkan tingkat kesehatan
perusahaan dengan tolak ukur berdasarkan sasaran, standar atau kriteria
tertentu pada periode tertentu.
Analisis Rasio
Keuangan
Menurut
Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Simamora (2002:357), analisis rasio merupakan
cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara
komponen-komponen dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu
hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan
alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan kepada
penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.
Menurut Margaretha (2004:22), penganalisaan rasio
keuangan ada beberapa cara, di antaranya :
a.
Analisis horisontal/trend analysis,
yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu
dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio
perusahaan selama kurun waktu tertentu.
b.
Analisis vertikal, yaitu membandingkan data
rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang
sejenis atau standar industri untuk waktu yang sama.
Sedangkan
menurut Riyanto (2010:329), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada
dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu :
a.
Membandingkan rasio sekarang (present
ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (rasio historis) atau
dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari
perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui
perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Kalau diketahui
perubahan dari angka rasio tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai
tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan serta hasil operasi perusahaan
yang bersangkutan.
b.
Membandingkan rasio-rasio dari suatu
perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau
industri (rasio industri/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah perusahaan
yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata
industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri.
Menurut Fahmi (2011:133), untuk dapat menginterpretasikan
hasil perhitungan rasio, maka diperlukan adanya pembanding. Pada pokoknya ada
dua cara yang dapat dilakukan dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan,
yaitu:
1.
Cross
sectional approach, merupakan
suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat
bersamaan.
2.
Time
series analysis, merupakan
suatu cara dengan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu
periode ke periode lainnya. Pembanding antara rasio yang dicapai saat ini
dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperhatikan apakah perusahaan
mengalami kemajuan atau kemunduran.
Menurut Riyanto (2010:330), apabila dilihat dari sumber
darimana rasio ini dibuat, maka dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan,
yaitu:
1.
Rasio
neraca (Balance Sheet Ratios), yang digolongkan dalam katagori ini
adalah semua data yag diambil dari atau bersumber dari neraca.
2.
Rasio-rasio
laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), yang tergolong dalam
katagori ini adalah semua data yang diambil dari laba-rugi.
3.
Rasio-rasio
antar laporan (Interstatement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini
adalah semua data yang diambil dari neraca dan laporan laba-rugi.
Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat
dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu :
1.
Rasio
Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya.
2.
Rasio Leverage,
adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.
3.
Rasio
Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber dananya.
4.
Rasio
Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
Menurut Prihadi (2008:8), mengemukakan beberapa hal
penggunaan rasio keuangan dengan variasinya:
1.
Setiap
peneliti berhak menentukan rasio yang digunakan.
2.
Tidak
ada regulasi tentang penggunaan rasio tertentu.
3.
Setiap
rasio mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio
likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2009:301), rasio likuiditas merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus
mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya
harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar
berupa kewajiban-kewajiban lancar. Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana
yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 332), dapat dilihat pada uraian sebagai
berikut :
a.
Rasio
Lancar (Current Ratio)
Rasio
ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Aset
Lancar
Current
Ratio = ------------------------
Kewajiban
Lancar
Rasio
ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah rasio minimum
yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011:61), kondisi
perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah
dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current
ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat
mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi
dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan
rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan
tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.
b.
Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio
ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan
kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Aset Lancar - Persediaan
Quick Ratio =
--------------------------------------------
Kewajiban
Lancar
Rasio
ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya
dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu
yang retaif lama untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya
mungkin persediaannya lebih likuid dari pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62),
apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan
mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1,
hal ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.
2. Rasio Leverage
Menurut
Harahap (2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang
mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar
dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh
terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat
seberapa resiko keuangan perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana
yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 333), dapat dilihat pada uraian sebagai
berikut:
a.
Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban
dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Total
Kewajiban
Debt
Ratio = -------------------------
Total Aset
Rasio
ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut Fahmi
(2011:63), semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat
likuidasi.
b.
Time Interest Earned
Rasio
ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi
(EBIT) dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
EBIT
Time
Interest Earned = ------------------------
Beban
Bunga
Rasio
ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum bunga dan pajak
atau laba operasi (EBIT) untuk membayar beban bunganya. Menurut Fahmi
(2011:63), semakin tinggi rasio semakin baik karena perusahaan dianggap mampu
untuk membayar beban bunga periode tertentu dengan jaminan laba operasi yang
diperolehnya pada periode tertentu.
3. Rasio
Aktivitas
Menurut
Harahap (2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan
penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana
seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin
efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena
rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset.
Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto
(2010: 334), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara harga pokok
penjualan dengan rata-rata persediaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Harga
Pokok Penjualan
Inventory
Turnover = --------------------------------
Rata-rata persediaan
Rasio
ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan
normal. Menurut Harahap (2009:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
b. Rata-Rata
Periode Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding)
Rasio ini merupakan perbandingan antara piutang dengan
penjualan dibagi jumlah hari dalam setahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Piutang
Day’s Sales
Outstanding =
----------------------------------
Penjualan / 360 hari
Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang dari penjualan. Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata
periode pengumpulan piutang lebih dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut
kurang baik, terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu menagih piutang
pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit
yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini
bagi suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya
piutang.
c. Perputaran
Total Aset (Total Asset Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan
total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Penjualan
Total
Asset Turnover = ------------------------
Total
Aset
Rasio
ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan
berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin
besar rasio ini semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam
mengelola asetnya.
4. Rasio
Profitabilitas
Menurut
Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan,
menurut Riyanto (2010: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Margin
Keuntungan (Profit Margin)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Laba
Bersih
Profit Margin = ------------------
Penjualan
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304),
semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba.
b. Tingkat
Pengembalian Aset (Return On Assets)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Laba
Bersih
Return
On Assets = ----------------------
Total
Aset
Rasio
ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari
nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus
karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara
efektif untuk menghasilkan laba.
c. Tingkat
Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan ekuitas. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Laba
Bersih
Return
On Equity = --------------------
Ekuitas
Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih
bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar
rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam
menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.
5. Analisis Du Pont
Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du
Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan
dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total
aset di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno
(2001:256), analisis Du Pont adalah suatu analisis yang
digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net
profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROA.
Menurut Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting
bagi manajer untuk mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya
antara profit margin dan total asset turnover terhadap
ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban dapat
diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya penjualan
dapat diukur. Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan dengan
menggunakan analisis Du Pont adalah ROA (Return On
Assets) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang
diperoleh perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan.
Persamaan Du Pont (Du Pont equation) menurut
Gitman (2003, hal 147):
ROA
= Profit Margin x Total Assets Turnover
Laba
Bersih Penjualan
ROA = ------------------- x ------------------
Penjualan Total
Aset
Laba
Bersih
ROA = -------------------
Total
Aset
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
analisis Du Pont merupakan analisis yang digunakan untuk
mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan marjin laba, serta sejauh mana
pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return). Sistematika
kerja analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang
merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan
(Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan. Melalui
persamaan Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan
mengalikan marjin laba bersih dan perputaran total aset. Perputaran total aset
diperoleh dari hasil bagi antara hasil penjualan dengan jumlah aset, sedangkan
marjin laba bersih merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan hasil
penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.
Menurut Munawir (2010:91-92), adapun keunggulan
analisis Du Pont antara lain:
1.
Sebagai
salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa
mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.
2.
Dapat
membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan
lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di
bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
3.
Dapat
digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam
bagian yang bersangkutan.
4.
Dapat
digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
5.
Dapat
digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Menurut Munawir (2010:92-93), adapun kelemahan dari
analisis Du Pont adalah :
1.
ROI
suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain yang sejenis,
karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
2.
Kelemahan
lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari
uang (daya belinya).
3.
Dengan
menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan
antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang
memuaskan.
6. Analisis Perbandingan
Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan adalah
teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan
keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu
dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik
dalam rupiah atau dalam unit. Teknik
perbandingan ini juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah
atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka
perbandingan atau rasio. Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk
mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun laporan
keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.
Menurut Kasmir (2011:104), rasio keuangan merupakan
kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu komponen dengan komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian
angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun
beberapa periode.
Menurut Harahap (2009:227-228), dalam melakukan analisis
laporan keuangan teknik perbandingan ini, kita dapat membandingkannya dengan
angka-angka laporan keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan
sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normatif sebagai standar
perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos laporan keuangan dapat
dilakukan melalui:
1. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horisontal)
misalnya laporan keuangan tahun 1993, dibandingkan dengan laporan keuangan
tahun 1994. Perbandingan antara tahun 1996, 1995, 1994, dan seterusnya.
2. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
3. Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang
berlaku (industrial norm). Di Indonesia standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan
mengkhususkan diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar
& Poor dan lain-lain.
4. Perbandingan dengan budget (anggaran).
5. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada
dalam suatu perusahaan.
Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio
Menurut Harahap (2009:298), analisis rasio mempunyai
keunggulan dibandingkan teknik analisa lainnya, yaitu :
1.
Rasio
merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan.
2.
Merupakan
pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan
yang sangat rinci dan rumit.
3.
Mengetahui
posisi perubahan ditengah industri lain.
4.
Sangat
bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan
model prediksi.
5.
Menstandarisir
ukuran perusahaan.
6.
Lebih
mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
7.
Lebih
mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa
yang akan datang.
Menurut Harahap (2009:298), keterbatasan analisis rasio
itu adalah:
1.
Kesulitan
dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.
2.
Keterbatasan
yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik
seperti ini.
3.
Jika
data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
4.
Sulit
jika data yang tersedia tidak singkron.
Dua perusahaan yang dibandingkan bisa saja teknik dan
standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya
jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
Sumber : http://fadhilanalisis.blogspot.co.id/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar