Pengertian
Analisi Break Even
Analisa
break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya
tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Adapun pengertian –
pengertian Break Even Point menurut para ahli:
1.
Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break
even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana
dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (
total penghasilan = total biaya)
2.
Menurut Abdullah (2004) Analisis Break
even point disebut juga Cost volume profit analysis
3.
Menurut Purba (2002) Titik impas (break
even point) berlandaskan pada pernyataan sederhana, berapa besarnya unit
produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
mengahsilkan produk tersebut.
4.
Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even
point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba
dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan
dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan.
5.
Menurut Harahap (2004) Break even point
berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak
mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi
ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan
biaya variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga tidak ada laba atau
rugi
6.
Menurut Garrison dan Noreen 92004) break
even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya
operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama
dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi
harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah
penjualan dan biasanya ditetapkan berdasrkan kontrak, misalnya sewa gudang.
Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan bukan fungsi dari
waktu, misalnya biaya angkut barang.
Arti
penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan
keputusan keuangan adalah sebagai berikut:
a)
Guna menetapkan jumlah minimal yang
harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian
b)
Penetapan jumlah penjualan yang harus
dicapai untuk mendapatkan laba tertentu
c)
Penetapan seberapa jauhkah menurunnya
penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi
Gambar
Break Even (Break Even Chart)
Dalam
gambar break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik dimana terjadi
persilangan antara garis peenghasilan penjualan dengan garis biaya total.
Apabila dari titik tersebut kita garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X
akan nampak besarnya break even dalam unit. Kalau dari titik itu ditarik lurus
horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak bsarnya break even dalam
rupiah.
Dalam
menggambarkan garis biaya tetap dalam gambar break even itu dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan
menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu
X, atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya
variabel. Pada cara yang kedua, besarnya “contribution margin” akan nampak pada
gambar break even tersebut. Untuk jelasnya dapatlah diberikan contoh di bawah
ini.
Contoh:
Suatu
perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp 300.000;. biaya variabel per unit Rp 40;. Harga jual per unit Rp 100;. Kapasitas
produksi maksimal 10.000 unit. Dengan dua cara dalam menggambarkan garis biaya
tetap, atas dasar data tersebut, kita dapat membuat dua gambar break even
seperti nampak dibawah ini:
Garis
biaya tetap digambarkan secara horizontal sejajar dengan sumbu X
Garis
biaya tetap digambarkan dengan garis biaya variabel
Dari
gambar kedua tersebut di atas nampak bahwa break even point tercapai pada
volume penjualan sebesar Rp 500.000; atau dinyatakan dalam unit sebanyak 5.000
unit. Pada gambar 22.1.b adalah lebih baik karena pada gambar tersebut nampak
konsep “contribution margin”. Dalam gambar tersebut break even point tercapai
pada volume kegiatan di mana contribution margin (yaitu penghasilan penjualan
minus biaya variabel) tepat sama besarnya dengan biaya tetap, yaitu pada volume
penjualan Rp 500.000; atau dalam unit sebanyak 5.000 unit
Perhitungan
Break Even Point
Perhitungan
break even point yang lebih tepat dapat dilakukan dengan cara “trial and error”
(serba coba-coba) atau dengan menggunakan rumus-rumus aljabar
1.
Perhitungan Break Even Point dengan Cara
“ Trial and Error”
Perhitungan
break even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitungkeuntungan
operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan
tersebut menghasilkan keuntungan maka diambilvolume penjualan/produksi yang
lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu,
perusahaan menderita kerugian maka kita mengambil volume penjualan/produksi
yang lebih besar. Demikan dilakukan seterusnya hingga dicapai volume
penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya
biaya total.
Misalkan
dari contoh 1 diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000
unit maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:
=(6.000
x Rp 100) – Rp 300.000 + (6.000 x Rp 40)
=
Rp 600.000 – (300.000 + Rp 240.000)
=
Rp 60.000
Pada
volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti
bahwa break even pointnya terletak di
bawah 6.000 unit.
Misalkan
diambil 4.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut
=(4.000
x Rp 100) – Rp 300.000 + (4.000 x Rp 40)
=
Rp 400.000 – (300.000 + Rp 160.000)
=
Rp 60.000
Pada
volume produksi 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000. Ini
berarti bahwa break even pointnya lebih besar dari 4.000 unit.
Misalkan
diambil 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut
=(5.000
x Rp 100) – Rp 300.000 + (5.000 x Rp 40)
=
Rp 500.000 – (300.000 + Rp 200.000)
=
Rp 0
Ternyata
pada volume produksi/penjualan 5.000 unit tercapai break even pointyaitu yang
dimanakeuntungan netonya sama dengan nol.
2.
Perhitungan Break Even Point dengan
Menggunakan Rumus Aljabar
Perhitungan
break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu
a) Atas
dasar unit
Perhitungan
break even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Dimana
P
= harga jual per unit
V
= biaya variabel per unit
FC
= biaya tetap
Q
= jumlah unit /kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual
b) Atas
dasar sales dalam rupiah
Perhitungan
break even point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus aljabar sebagai
berikut:
Dimana
FC
= biaya tetap
VC=
biaya variabel
S
= penjualan
Manfaat
dan Kegunaan BEP
1.
Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2.
Memberikan informasi mengenai berbagai
tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba
menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3.
Mengevaluasi laba dari perusahaan secara
keseluruhaan.
4.
Mengganti sistem laporan yang tebal
dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Telah
dijelaskan sebelumbya bahwa analisa BEP sangat penting bagi pimpinan perusahaan
untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan
jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui BEP kita akan
mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau
laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
Analisis
BEP berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut
adalah:
a) Biaya-biaya
yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya
tetap.
b) Besarnya
biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah
tetap.
c) Besarnya
biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti
bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume
kegiatan.
d) Jumlah
unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang di produksi.
e) Harga
jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
f) Perusahaan
hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi
masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap)
Analisa
BEP juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dlam berbagai
pengambilan keputusan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain
mengenai;
a)
Jumlah minimal produk yang harus terjual
agar perusahaan tidak mengalami kerugian
b)
Jumlah penjualan yang harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian
c)
Besarnya penyimpanan penjualan berupa
penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
Untuk
mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap
laba yang diperoleh.
BEP
juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling
berhubungan, yaitu untuk:
1.
Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi
secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dan biaya tetap.
2.
Menelaah impak dari perluasan tingkat
operasi secara umum
3.
Untuk membuat keputusan tentang produk
baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan BEP dalam suatu proyek
yang diusulkan.
Kelemahan
analisa BEP.
Sekalipun
analisa BEP ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan
bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa
BEP ini anata lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan
penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek.
Asumsi-asumsi
dasar analisi BEP
1.
Menentukan posisi laba rugi perusahaan
2.
Menentukan penjualan minimal yang harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugiaan
3.
Menetukan jumlah penjualan yang harus
dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu
Komponen
yang berperan pada BEP
Komponen
yang berperan pada BEP yaitu biaya, biaya yang dimaksud adalah biaya variabel
dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkan atau menentukan suatu
biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah dikeluarkan
untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada
biaya ini.
Salah
satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat
dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut,yaitu:
1.
Menekan biaya produksi maupun biaya
operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas
dan kuantitas.
2.
Menentukan harga dengan sedemikian rupa
sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3.
Meningkatkan volume kegiatan semaksimal
mungkin.
Contoh Kasus Break
Even Point
PT. Lilianto Ichsan membuat
dan menjual dua jenis produk yaitu Kosimil dan Lusimol. Total biaya
tetap untuk kedua jenis produk tersebut Rp. 60.000,00. Harga
jual, biaya variabel, dan laba kontribusi per unit serta rasio
masing-masing produk adalah :
Produk Kosimil
Produk Lusimol
Harga Jual
Rp. 12,00 100% Rp.
8,00 100%
Biaya
Variabel
Rp. 6,00 50%
Rp. 6,00 75%
Laba Kontribusi
Rp.
6,00 50%
Rp. 2,00 25%
1. Jika komposisi penjualan produk K dan L dalam unit
masing-masing
1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2,
hitunglah penjualan pada titik
impas dengan teknik :
a. Rasio LK rata-rata
b. LK rata-rata per unit
2. Jika total penjualan yang direncanakan untuk
kedua jenis produk
tersebut sebesar 20.000 unit,
dan komposisi penjualan produk K
dan L dalam unit masing-masing 1
: 1 atau dalam rupiah 3 : 2,
hitunglah besarnya laba yang direncanakan
Penyelesaian :
1. Menghitung penjualan pada titik impas
dengan komposisi produk K
dan L dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah 3 :
2.
a. Teknik
CM ratio rata-rata
a
+ i
BEP (Rp) =
-----------------------------
Rasio Laba Kontr. Rata-rata
Rp. 60.000 + 0
= -------------------------- = Rp. 150.000,00
(50% X 3) + (25% X 2)
--------------------------
3 + 2
Titik impas tercapai pada penjualan sebesar Rp.
150.000,00. Produk
K dan produk L dengan komposisi 3 : 2, maka
produk K sebesar = 3/5
(Rp. 150.000) = Rp. 90.000,00 dan
produk L sebanyak Rp. = 2/5
(Rp. 150.000) = Rp. 60.000,00.
b. Teknik
Laba Kontribusi Rata-rata per unit
a + i
BEP (Unit) =
--------------------------------
Laba
Kontr. Rata-rata per unit
Rp.
60.000 + 0
= -------------------------------
(Rp. 6,00 X
1) + (Rp. 2,00 X 1)
--------------------------------
1
+ 1
Rp. 60.000
= --------------------
= 15.000 unit
4
Titik impas tercapai pada penjualan sebanyak 15.000
unit, produk
K dan produk L dengan komposisi 1 : 1,
maka penjualan produk
K = 1/2 (15.000 ) = 7.500 unit,
dan produk L = 1/2 (15.000) =
7.500 unit.
Bukti :
Produk K
Produk L
Total
7.500
unit
7.500 unit 15.000 unit
Jumlah
% Jumlah
% Jumlah %
Penjualan
Rp. 90.000 100 Rp. 60.000 100 Rp. 150.000
100
Biaya Variabel
45.000 50
45.000 75
90.000 60
-------------------------------------------------------
Laba Kontribusi
45.000 50
15.000 25
60.000 40
Biaya
Tetap
60.000
--------
Laba
Bersih
0
2. Jika total penjualan 20.000
unit dengan komposisi penjualan
produk k dan L masing-masing dalam unit 1 :
1 atau dalam rupiah
3 : 2, maka besarnya laba adalah :
Produk
K
Produk L Total
10.000
unit 10.000
unit 20.000 unit
Jumlah %
Jumlah %
Jumlah %
Penjualan Rp.
120.000 100 Rp. 80.000 100 Rp.
200.000 100
Biaya Variabel
60.000 50
60.000 75
120.000 60
--------------------------------------------------------
Laba Kontribusi
60.000 50
20.000 25
80.000 40
Biaya
Tetap
60.000
---------
Laba
Bersih
20.000
Kesimpulan :
Dampak Perubahan Komposisi Penjualan
terhadap hubungan CPV Perusahaan yang menjual lebih dari satu
macam produk seringkali mempunyai kesempatan untuk menaikkan laba
kontribusi dan menurunkan titik impas dengan cara memperbaiki komposisi
penjualan, yaitu menaikkan proporsi penjualan produk yang
menghasilkan rasio laba kontribusi (contribution margin ratio) yang tinggi.
SUMBER